Akhlak
adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang darinya timbul perbuatan dengan
mudah tanpa merasa terbebani. Dan amal adalah buah dari akhlak, harus difahami
pula bahwa akhlak tidak ada dengan sendirinya, tidak tiba – tiba tertanam dalam
jiwa. Akhlak itu diajarkan oleh orang – orang dewasa, orang tua dan para
guru kepada anak didik. Pepatah Inggris mengatakan :
Watch your thought, it becomes deed
Watch your deed, it become habit
Watch your habit, it becomes character
Jaga
pikiranmu, suatu saat akan menjadi perbuatan
Jaga
perbuatanmu, suatu saat akan menjadi kebiasaan
Jaga
kebiasaanmu, suatu saat akan menjadi karakter (akhlak)
Jadi,
jangan penuhi pikiran anak dengan cerita – cerita yang buruk atau informasi
– informasi negatif tentang perilaku orang, kecuali dengan diberikan pula pengertian
yang benar cerita buruk atau informasi negatif itu.
Dalam
Pendidikan Agama Islam dikenal pendekatan keteladanan dan pendekatan
pembiasaan untuk menanamkan akhlak kepada anak-anak didik. Sebagaimana
para Rasul utusan Allah telah berakhlak mulia dan menjadi teladan bagi
umat sebelum mendidik mereka dengan akhlak yang baik, orang tua dan para guru
harus dapat menjadi teladan yang baik bagi anak – anak sebelum mendidik anak-anak.
Hadist – hadist Nabi Muhammad
saw dan perkataan sahabat beliau tentang Amal shaleh :
Abu Hurairah berkata:
Rasulullah saw bersabda ”Sesungguhnya Allah tidak mempedulikan bentuk rupamu
dan harta bendamu, akan tetapi Dia memperhatikan hatimu dan perbuatanmu.[HR. Muslim. lih. Ghayatul Maram no. 415]
Penjelasan hadist
Memiliki
rupa yang tampan, cantik dan menarik dipandang adalah suatu karunia Allah
yang patut disyukuri. Tetapi kalau ketampanan dan kecantikan itu tidak
diiringi dengan akhlak dan perilaku yang baik, malah sebaliknya berakhlak buruk
dan berperilaku jahat, pada akhirnya satu persatu teman pun meninggalkannya.
Begitupula di
sisi Allah, ketampanan dan kecantikan tidak akan menjadi dasar
penilaianNya. Yang menentukan seseorang baik atau buruk bagi Allah adalah hatinya
(akhlak) dan amalnya ( perbuatannya ). Karena itu seharusnya seseorang tidak
hanya sibuk mempercantik penampilan fisiknya, akan tetapi lebih memperhatikan keindahan
akhlaknya dan kemuliaan perbuatannya.
Amal shaleh ( perbuatan baik )
yang dilakukan oleh seorang Muslim harus didasarkan pada ilmu (syari’at).
Sebaliknya seorang yang memiliki pengetahuan syari’at harus mengamalkan
ilmunya. Ali bin Abi Thalib, saudara sepupu sekaligus menantu Rasulullah
saw diriwayatkan berpesan kepada para ulama sebagai berikut :
Ali bin Abi Thalib berkata : ”Wahai para
pemiliki ilmu, beramallah sesuai ilmu yang kalian miliki. Sesungguhnya
seorang alim adalah orang beramal sesuai dengan ilmunya, dan ilmunya itu
sejalan dengan amalnya. Akan ada suatu masa dimana banyak oarng memiliki
ilmu tetapi amal mereka menyalahi ilmu mereka. Perbuatan mereka yang tersembunyi berbeda
dengan perbuatan mereka di muka umum. Mereka membuat majlis – majlis untuk
saling membanggakan diri atas yang lain, sampai – sampai seorang diantara
mereka marah jika kawannya mau duduk di majlis orang lain dan meninggalkannya. Apa yang mereka amalkan di majlis – majlis mereka tidak
akan sampai kepada Allah ( Riwayat al – Darimy ).
Prediksi Ali
bin Abi Thalib bahwa akan datang suatu masa ketika orang – orang berilmu
tidak mengamalkan ilmu mereka, dan orang – orang beramal menyalahi ilmu
telah terjadi pada zaman kita.
Nasehat itu
juga sekaligus mengingatkan bahwa beramal dengan ilmu yang dimiliki,
itulah yang menjadi tujuan. Ilmu hanyalah sarana, yang pokok adalah pengamalannya.
Pepatah mengatakan ilmu yang tidak diamalkan bagaikan pohon tidak berbuah.
Amal shaleh,
meskipun memang sudah seharusnya menjadi kewajiban yang harus dilakukan
oleh seorang Muslim akan memberikan syafaat bagi pelakunya. Dalam sebuah
hadits Nabi disebutkan:
Hudzaifah berkata, Rasulullah saw bersabda: Beberapa Malaikat
menghampiri ruh seorang laki – laki dari umat sebelum kalian. Mereka
bertanya, “Adakah kebaikan yang pernah kamu lakukan ?” Dia menjawab, “tidak”.
Mereka berkata kepadanya, “Ingat-ingatlah”. Dia menjawab, “aku memberi
pinjaman (piutang) kepada orang – orang, lalu aku suruh para pegawaiku
untuk memberi tempo kepada orang yang kesulitan (belum mampu membayar) dan
membiarkan orang yang sudah mampu membayar untuk menunda”. Maka Allah
berfirman: Maafkanlah dia. (HR Muslim)
Penjelasan Hadist
Ibn Hajar al –
Asqalani memberi penjelasan terhadap Hadits di atas diriwayatkan pula oleh
Bukhary, dengan mengatakan :
”Seorang laki – laki dari umat sebelum kalian, sedang dihisab, dan dia
merasa tidak memiliki kebaikkan apapun, kecuali bahwa dia itu orang kaya
dan memberi tempo kepada orang – orang yang belum mampu membayar hutang.
Meskipun itu merupakan kewajiban atas orang yang memberi piutang, namun
hal itu tetap akan memberi pahala bagi pelakunya dan akan menghapus dosa –
dosanya.
Ini adalah kisah seorang laki
– laki yang tidak banyak melakukan amal shalih manakala malaikat maut
datang untuk mencabut nyawanya. Dalam urusan dagang, dia memaafkan orang –
orang yang bersangkutan dengannya. Maka Allah pun memaafkan dan mengampuni
dosa – dosanya karena sifat pemaafnya dalam bermuamalah.
Rasulullah saw telah berdoa
untuk orang yang bersifat demikian,”Semoga Allah merahmati seorang hamba
yang berlapang dada jika menjual, berlapang dada jika membeli, berlapang
dada jika membayar, dan berlapang dada jika menuntut.”
Pelajaran penting yang dapat
dipetik dari hadist ini adalah :
1. Keutamaan memberi tempo kepada orang yang tidak
mampu dan memberi kelonggaran kepada orang yang sudah mampu. Pelakunya
yang ikhlas mendapatkan janji maaf dari Allah pada saat bertemu dengan–
Nya.
2. Luas
rahmat Allah.
3. Akan ada pertanyaan malaikat kepada seorang
hamba manakala ia datang kepadanya untuk mencabut nyawanya.
4. Menetapkan
kaidah besar dalam urusan sifat Allah.
5. Boleh jual beli secara tunda.
Bersegera Melakukan Amal
Shaleh
Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw
bersabda: Bersegeralah mengerjakan amal shaleh (untuk menghindari fitnah)
seperti malam gelap gulita. Di pagi hari seseorang beriman, sore harinya
dia kafir. Atau sore hari dia beriman, pagi hari dia kafir, menjual
agamanya dengan sedikit harta dunia (HR Muslim)
Penjelasan
Menurut
Imam Nawawi, hadits menganjurkan untuk bersegera melakukan amal shaleh
sebelum ada halangan untuk melakukannya, atau kesibukan yang terjadi akibat
cobaan dan ujian yang terus bertambah, seperti bertambahnya kegelapan malam
tanpa bulan.
Belum lengkap
keimanan seseorang bila tidak disertai amal shaleh. Belum sempurna amal
shaleh seseorang bila tidak didasari keimanan kepada Allah SWT, tunduk
patuh kepada aturan dan perintah- Nya.
Gangguan Terhadap Amal Shaleh
Nabi Muhammad
saw, memberi 6 kriteria mengenai jenis – jenis sifat atau sikap yang dapat
merusak amal shaleh ( tuhbitul amal ) seseorang, yaitu :
1) Isytighal
bu uyub al – khalqi. Sibuk mengurus kesalahan orang lain.
2)
Qaswat al – qulub, keras hati. Ini akibat
dihinggapi anasir – anasir riya, ujub, takabbur dan hasud.
3) Hubb
al – dunya, cinta dunia.
4)
Qillat al – haya, tak punya rasa malu
5)
Thul al –amal, panjang angan – angan.
6)
Dzalimu la yantahi, berbuat zalim tanpa henti.
Bertawassul Dengan Amal Shaleh
Contoh
dalam kisah yang diceritakan oleh Rasulullah saw sebagai berikut :
Dari Abdullah bin Umar, dia berkata,
Rasulullah saw, bersabda : Ketika tiga orang pemuda sedang berjalan, tiba
– tiba datanglah waktu malam lalu mereka pun bermalam di dalam sebuah gua
yang terdapat di perut gunung. Sekonyong – konyong jatuhlah sebuah batu
besar dari atas gunung menutupi mulut gua yang akhirnya mengurung mereka,
kemudian salah seorang dari mereka berkata kepada yang lain : Ingatlah
amal shaleh yang pernah kamu lakukan untuk Allah, lalu mohonlah kepada
Allah dengan amal tersebut agar Allah berkenan menggeser batu besar itu.
Salah seorang dari mereka berdoa : Ya Allah, sesungguhnya dahulu aku mempunyai
kedua orang tua yang telah lanjut usia, seorang istri dan beberapa orang
anak yang masih kecil di mana akulah yang memelihara mereka. Setelah aku mengandangkan
hewan – hewan ternakku, aku segera memerah susunya dan memulai dengan
kedua orang tuaku terdahulu untuk aku minumkan sebelum anak – anakku.
Suatu hari aku terlalu jauh mencari kayu ( bakar ) sehingga tidak dapat kembali
kecuali pada sore hari di saat aku menemui kedua orang tuaku sudah lelap tertidur.
Aku pun segera memerah susu seperti biasa lalu membawa susu perahan tersebut.
Aku berdiri di dekat kepala kedua orang tuaku karena tidak ingin membangunkan
keduanya dari tidur namun aku pun tidak ingin meminumkan anak – anakku
sebelum mereka berdua. Dan begitulah keadaanku bersama mereka sampai terbit
fajar. Jika Engkau mengetahui bahwa aku melakukan itu untuk mengharap keridaan
– Mu, maka bukalah sedikit celahan untuk kami agar kami dapat melihat langit.
Lalu Allah menciptakan sebuah celahan sehingga mereka dapat melihat langit.
Yang lainnya kemudian berdoa : Ya Allah, sesungguhnya dahulu aku mempunyai
saudara seorang puteri paman yang sangat aku cintai. Aku memohon kepadanya
untuk menyerahkan dirinya tetapi ia menolak kecuali kalau aku memberikannya
seratus dua puluh dinar dengan syarat ia mau menyerahkan dirinya kepadaku.
Lalu diapun setuju. Ketika aku talah mampu menjamahnya, ia berkata : tidak
aku halalkan engkau membuka cincin ini kecuali dengan hak. Seketika itu aku pun
beranjak meninggalkannya, dan kutinggalkan pula emas dinar kepadanya.
Jika Engkau mengetahui bahwa aku melakukan itu untuk mencari keridaan –
Mu, maka ciptakanlah sebuah celahan lagi untuk kami. Kemudian Allah pun
membuat sebuah celahan lagi untuk mereka. Yang lainnya berdoa : Ya Allah,
sesungguhnya aku pernah mempekerjakan beberapa pekerja yang aku beri upah
semua kecuali satu orang yang pergi sebelum menerima upahnya. Lalu aku
kembangkan upahnya sehingga terkumpul banyak. Satu hari dia datang
kepadaku dan berkata: berikanlah hakku. Aku pun menjawab : yang kamu lihat
itu, unta, sapi dan kambing, itulah upahmu. Dia berkata : wahai hamba
Allah janganlah kamu mengolok – olokku! Aku pun berkata lagi kepadanya :
Sesungguhnya aku tidak mengolok – olokmu, ambillah. Lalu ia pun
mengambilnya dan pergi. Jika Engkau mengetahui bahwa aku melakukan itu
untuk mengharap keridaan – Mu, maka bukakanlah untuk kami sedikit celahan
lagi yang tersisa. Akhirnya Allah membukakan celah yang tersisa itu.
Demikianlah amal shaleh
ternyata dapat menolong pelakunya di dunia pula. Amal shaleh tidak hanya
berupa ibadah, tetapi semua perbuatan yang patut dan baik dilakukan oleh
seorang serta dirasakan manfaatnya pula oleh orang lain, dan dilakukan
dengan ikhlas, semuanya merupakan amal shaleh.
0 comments:
Post a Comment
What do you want? Just leave a comment :)